Review Novel "Hello, Cello" Karya Nadia Ristivani
"Dua orang yang belum berdamai sama dirinya sendiri, nggak bisa bersatu sebelum hubungannya sama diri sendiri membaik."
Kutipan dialog di atas adalah salah satu kalimat yang dikatakan oleh Helga, pemeran utama wanita dalam buku yang diulas kali ini. Yaps, buku ini bergenre romance dan tentunya merupakan cerita fiksi yang dikarang oleh penulis keren, Nadia Ristivani.
"Hello, Cello" ini bukan tipikal buku yang berat-berat amat menurutku. Terkesan sangat ringan malah. Karena saat membacanya, ada kenyamanan tersendiri yang tercipta sampai aku malas untuk berhenti membaca kalau belum benar-benar selesai. Buku ini bisa dibilang 'comfy book' versi aku. Karena setiap kali lagi jenuh dan terserang reading slump, aku selalu 'pulang' ke buku ini.
Fakta random yang sebenarnya nggak penting-penting amat, "Hello, Cello" adalah buku pertama yang mengenalkan aku ke macam cerita lain (selain Wattpad) yakni AU alias Alternative Universe. Awalnya aku cuma iseng beli buku ini di toko online karena covernya lucu. Pas kupamerkan kepada seorang teman, dia bilang buku ini merupakan adaptasi dari cerita AU.
Aku yakin sekarang sudah banyak orang yang tahu perihal cerita AU, terutama anak-anak muda yang punya dan suka berselancar di media sosial Twitter yang baru-baru ini berganti nama menjadi aplikasi X.
Temanku juga bilang kalau aku seharusnya baca buku sebelumnya dulu, buku yang masih 'satu semesta' sama "Hello, Cello", judulnya "Hilmy Milan". Aku nggak menuruti saran temanku itu, tetep lanjut baca "Hello, Cello" sampai selesai. Dan memang nggak kenapa-napa, ceritanya tetep jelas dan nggak ambigu sama sekali meskipun belum baca buku sebelumnya. Tapi karena terlanjur suka sama gaya cerita Nadia Ristivani, ya akhirnya aku beli juga. Malah sampai sekarang aku jadi nunggu-nunggu cerita ketiga yang 'satu semesta' sama Helga dan Cello yang masih berbentuk cerita AU di Twitter!
Ini kapan reviewnya ya Kack?
Hehe, maaf, sekalian nulis diari sih aku.
"Hello, Cello" mengambil latar belakang dunia perkuliahan yang para tokohnya adalah mahasiswa jurusan Manajemen di salah satu kampus di Ibu Kota Jakarta. Seperti judul bukunya sendiri, tokoh utama dalam cerita ini bernama Cello.
Dikenal sempurna karena berasal dari keluarga kaya raya dan punya penampilan tampan, Cello memiliki satu kekurangan yang membuat orang-orang menyayangkan sekali hal tersebut harus ada dalam diri seorang Marcello. Cello dijuluki sebagai womanizer karena kelakuannya yang suka memberi harapan palsu, meng-ghosting, iseng mendekati, atau apalah itu bahasanya, yang intinya Cello ini adalah seorang buaya!
Banyak gadis dijadikan gebetan oleh Cello tanpa pernah benar-benar dipacari. Pada hakikatnya, wanita itukan makhluk perasa. Cewek mana yang nggak galau karena diberi harapan palsu oleh lelaki sekelas Cello?
Langka. Hampir tidak ada. Kalau tidak galau, minimal marah.
Aksi Cello menjadi seorang womanizer ternyata berhenti setelah ia bertemu dengan seorang gadis yang bernama Helga. Cewek unik tukang insecure itu berhasil 'menggocek' perasaan Cello si tukang PHP. Cello yang biasanya pintar mendekati perempuan manapun dengan 1001 jurus modusnya, justru harus memutar otak lebih keras untuk bisa tetap berhubungan dengan Helga.
Karena Helga itu unik. Kalau kata Cello, Helga itu lucu, both comedy and cute. Jurus-jurus modus yang biasa Cello lakukan kepada wanita lain, tidak akan mempan jika diterapkan kepada Helga dan akan membuat gadis itu malah menjauhinya. Karena Helga sudah memiliki banyak record pengalaman disakiti, ditinggalkan, diabaikan, sampai diporoti, oleh para mantannya sebelumnya. Pertahanannya sudah semakin kuat saat bertemu dengan Cello.
Banyak hal kian membaik di hidup Cello setelah ia bertemu Helga, begitu juga sebaliknya.
Pokoknya, meski terkesan ringan, buku ini memiliki banyak pesan penting untuk para kaula muda yang membacanya. Dari karakter Cello yang berusaha memperbaiki jati dirinya sesuai dengan apa yang dia mau dan bukan yang berdasarkan label pemberian orang lain, hingga perjalanan Helga yang akhirnya bisa mencintai, menomorsatukan, menghargai, mengenal lebih dalam dirinya sendiri dan tak takut harus kehilangan orang lain yang dicinta selama itu bukan dirinya sendiri.
Menurutku, secara nggak langsung, buku ini adalah buku self-improvement berkedok novel fiksi. Kita diajarkan untuk menghargai diri sendiri dan mengenal value yang ada dalam diri supaya tidak mudah disakiti oleh orang lain. Yang terpenting, kita diajarkan untuk tidak menjadi seorang people pleaser!
Makasih banyak untuk Nadia Ristivani yang biasa disapa Kak Ijo sama pembaca ceritanya (karena nama Twitter dan Instagramnya Ijoscripts), karena udah bikin aku belajar dengan cara yang nggak membebankan sama sekali dan justru malah menghibur.
Informasi
Judul : Hello, Cello
Penulis : Nadia Ristivani
Tebal : 428 Halaman
Tahun Terbit : 2022
Penerbit : Bukune
Harga : Berada di kisaran 99k (beli di toko online manapun terserah, asal hati-hati jangan sampai beli yang versi bajakan. Harus original!)
Yang mau gampang, boleh klik link di bawah ini ya!
Komentar
Posting Komentar